Minggu, 20 Maret 2011

Cemburu karena Masa Lalu Pacar

[Image: 232040p.jpg]

Saya pria, 26 tahun, belum menikah, wirausaha, memiliki seorang pacar yang keempat. Saya tidak memiliki penyakit tertentu, semuanya normal saja. Yang menjadi masalah, dan ini sangat menyiksa jiwa dan batin, adalah saya tidak bisa melupakan atau merelakan masa lalu pacar-pacar saya.

Saya selalu cemburu dan jengkel, hati panas, apabila mendengar apa yang telah mereka lakukan dengan pacar mereka terdahulu. Saya selalu berusaha untuk mengorek masa lalu mereka, apa saja yang telah mereka lakukan, sampai sejauh mana, berciuman seperti apa, dan seberapa sering mereka melakukan itu.

Setelah saya berhasil menggali pengakuan dari mereka, kemudian saya sendiri yang sakit hati dan menderita. Bayangan dan visualisasi pacar saya dan mantan mereka sering muncul di kepala. Begitu jelas dan hidup. Gejala ini mulai tampak pada pacaran yang kedua, sekitar lima tahun lalu, dan setelah itu berulang pada pacaran berikutnya.

Bila pikiran-pikiran negatif ini datang, terkadang tiba-tiba, biasanya suasana hati saya berubah drastis, cemburu berat, dan mulai memarahi pacar, mengeluarkan kata-kata kasar, mengungkit-ungkit masa lalu mereka, menghina dan merendahkan. Saya sadar masa lalu adalah masa lalu, dan tidak boleh diangkat-angkat lagi, tetapi kadang saya tidak bisa menahan emosi. Saya selalu menganggap mereka bodoh dan ujung-ujungnya jadi putus.

Kecemburuan itu bisa meledak meskipun cuma membayangkan pacar saya berpegangan tangan dengan mantannya. Saya berhasil mengorek semua informasi itu sampai sedetail-detailnya, terkadang pacar-pacar saya sampai menangis dan terpaksa bicara.

Sekadar info, saya mungkin seorang perfeksionis, apabila barang-barang saya, entah itu ponsel atau jam tangan, lecet meskipun tidak kelihatan, maka saya akan langsung membeli yang baru, yang lama kemudian saya jual dan ini telah berkali-kali terjadi sejak remaja. Dalam bekerja, saya sangat disiplin dan tanpa kompromi dalam membuat aturan, pelanggaran kecil pun sudah bisa membuat saya marah besar.

Bagi saya, peraturan yang telah dibuat demi kebaikan adalah mutlak. Saya adalah orang yang sangat rapi dan teratur, barang-barang di kamar saya selalu tertata dan saya tidak suka apabila letaknya diubah-ubah. Makanya saya selalu marah apabila ada orang masuk ke kamar tanpa izin dan memindahkan barang-barang. Saya sering bertengkar dengan anggota keluarga lainnya mengenai ”kelainan jiwa” saya ini, begitu sering mereka menyebut. Apabila masuk kamar saya, ada banyak aturan, mulai dari cuci kaki dan tangan, cuci mulut, mengganti celana dengan yang bersih.

Bisakah kondisi psikologis ini disembuhkan, atau paling tidak dikendalikan? Apakah pikiran, visualisasi tentang mantan pacar saya berhubungan dengan sifat perfeksionis? Bagaimana cara mengatasinya? Saya tidak mau pacar saya yang sekarang tidak tahan dan lari menjauh seperti sebelumnya
.

Analisis

Masalah N memang dimulai dari adanya ciri-ciri kepribadian yang terlalu kaku dan ingin segalanya sempurna. Setiap orang punya gaya bertingkah laku tertentu dalam berhubungan dengan orang lain, misalnya ada yang teratur, ada yang pembangkang, ada yang patuh. Namun, bila pola tingkah lakunya menjadi sangat kaku, tidak fleksibel, hingga menimbulkan stres pribadi sampai mengganggu hubungan sosial dan pekerjaaannya, menurut Nevid, Rathus, dan Greene (2005), dia mengalami suatu gangguan kepribadian.

N condong masuk ke dalam golongan gangguan kepribadian obsesif kompulsif, karena sejak remaja sudah menunjukkan ciri di antaranya terlalu terpaku pada aturan, kebersihan dan detail, sangat perfeksionis, tidak fleksibel tentang moral, serta kaku dan keras kepala.

Yang dimaksud dengan obsesi adalah keterpakuan pada pikiran yang terus berulang dan tak dapat dikendalikan (misalnya terus membayangkan perilaku pacar dan mantannya). Adapun kompulsif adalah tingkah laku yang repetitif dan dianggap harus dilakukan. Bila tidak dilakukan, dia akan resah dan terus penasaran (misalnya N akan terus mendesak sang pacar untuk menceritakan masa lalunya). Bila sudah tercapai keinginannya, individu itu bukannya merasa lega atau puas, tetapi terus terbawa emosi negatif lainnya, seperti cemburu, marah, tidak terima.

Jadi sebenarnya, sejak dulu N sudah bermasalah dalam berhubungan dengan orang lain, hanya tidak terlalu dirasakan menyiksa. Berbeda dalam hubungan dengan pacar, yang lebih bersifat intim dan spesial. N pun menuntut adanya ”kesempurnaan” pada diri sang pacar, agar berlaku sesuai dengan standar moral yang N miliki. Berkembang juga ciri posesif, tak mampu menguasai emosi dan ingin mengontrol orang yang dicintai, yang biasanya berakhir dengan putus hubungan karena pacar, karena juga tersiksa dan tidak tahan lagi.


Cara mengatasi


Ada saran instan untuk membantu N, yaitu mencari pasangan yang belum pernah berpacaran sama sekali. Namun, hal ini juga tidak akan menjamin kelanggengan hubungan, bila akar masalah, yaitu gangguan kepribadian N, tidak diatasi.

Sesungguhnya diperlukan bantuan profesional yang tidak singkat waktunya untuk membantu N mengatasi kondisi psikologisnya, tetapi pasti akan lebih meringankan kehidupan selanjutnya. Terapi yang akan dijalani bergantung pada pendekatan teoretis yang digunakan oleh psikolog atau terapisnya.

Pendekatan psikodinamis akan mengajak N memahami akar masa kanak dan memperbaiki cara yang lebih efektif dalam berhubungan dengan orang lain. Pendekatan kognitif behavioral akan mendorong tingkah laku yang lebih adaptif dan keterampilan sosial yang efektif dengan mengubah cara berpikir yang salah dan tak rasional. Penggunaan obat antikecemasan dapat digunakan untuk mengendalikan gejala obsesif kompulsif N, tetapi tidak mengubah pola tingkah laku yang mendasarinya.

Agustine Dwiputri PSIKOLOGa

sumber:kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar