Senin, 21 Maret 2011

Posisi Tidur Enak yang Merusak

KEGIATAN ahli tulang belakang Ronald M. Hendrickson dan Dr Coralee van Egmond belakangan ini sekilas terdengar lucu. Mereka berkeliling Asia Pasifik untuk mengkampanyekan posisi tidur. Ya, cuma tidur. "Tidur adalah proses aktif menjaga kesehatan," Coralee menjelaskan saat menjadi pembicara dalam "Healthy Sleep Seminar" di Jakarta, Senin pekan lalu.

Keduanya anggota pengurus Asosiasi Ahli Tulang Belakang Internasional (International Chiropractors Association/ICA). Seminar itu bagian dari rangkaian kegiatan ICA Asia Pacific Outreach Program yang juga dilakukan di Sydney, Singapura, Kuala Lumpur, Hong Kong, dan Beijing. Mereka membahas soal posisi tidur yang kita anggap nyaman tapi justru membahayakan kesehatan. Bukan kebugaran yang diperoleh, melainkan serangan pada tulang belakang. Menurut Hendrickson, sedikitnya dua dari tiga orang memiliki keluhan atas kondisi tulang belakang. Nah, yang paling disepelekan orang, pemicu serangan tulang belakang ini adalah aktivitas tidur.

Menurut ahli tulang belakang dari Rumah Sakit Internasional Bintaro, Jakarta, dokter Peni Kusumastuti, 90 persen kelainan tulang belakang dipicu aktivitas fisik yang dianggap tidak membahayakan dan sudah menjadi kebiasaan, termasuk tidur. Dampak yang langsung terasa adalah kelainan tulang atau nyeri alih-rasa sakit yang menyebar ke bagian lain di luar pusat sakit.

Tidur yang salah terjadi jika posisinya memungkinkan tekanan berlebih di satu titik. Tekanan itu, dalam bahasa Coralee, akan mengganggu komunikasi saraf. Jika komunikasi saraf terganggu, proses tubuh mengembalikan kebugaran dan peremajaan sel saat tidur pun tidak lancar. "Dampaknya bisa gangguan kerja dari kaki sampai otak," ujar Coralee.

Terkait dengan kesehatan tulang belakang, Coralee menjelaskan, tidur yang benar harus merujuk pada prinsip kesegarisan tulang belakang dan integritas postur. Ini diperlukan untuk menjaga agar jajaran tulang tidak mengganggu jaringan saraf tulang belakang. Tidur sesuai dengan prinsip itu dalam prakteknya adalah posisi telentang dengan penyangga kepala yang pas, serta bantalan punggung yang memberikan beban tekanan rata. Posisi lain yang juga sesuai adalah miring dengan satu kaki menyilang.

Coralee menekankan, kebiasaan tidur buruk, yakni dengan posisi yang memberikan beban tidak seimbang pada tulang belakang, sama saja dengan "menabung" gangguan kesehatan. Posisi salah, misalnya, tidur di kursi dengan posisi duduk, tidur meringkuk, tidur tengkurap dengan kepala tertekuk atau menoleh, atau tidur dengan bantal terlalu tinggi.

Gangguan kesehatan akibat posisi tidur itu pernah diderita Alit Setiawan, 30 tahun, karyawan swasta di Jakarta. Dia paling suka tidur dalam posisi tengkurap dengan kepala menoleh. Kerap juga posisi leher tertekuk dengan bantalan yang terlalu tinggi karena tertidur saat membaca.

Buah dari kebiasaan itu, Alit menderita nyeri punggung dan sakit saat menggerakkan leher. "Dua hari sembuh sendiri, tapi jadi sering nyeri kalau ada benturan sedikit," katanya. Jika sedang kambuh, derita tambahannya adalah pusing. Namun Alit tidak menganggap hal itu serius, karena dia pikir itu cuma "salah bantal".

Padahal, dari tekanan berlebih di satu titik akibat posisi tidur salah, secara akumulatif akan mengganggu pergerakan sendi. Lambat-laun bantalan tulang rusak atau keluar dari posisinya sehingga menekan saraf-biasa disebut saraf kejepit. "Aliran saraf terganggu," kata ahli tulang belakang dari Ramsay Spine Center Rumah Sakit Internasional Bintaro, dokter Luthfi Gatam. Gangguan kesehatan yang lebih serius pun muncul.
Tulang belakang manusia yang memanjang dari leher sampai ke selangkangan itu memang bukan sekadar penyangga tubuh. Dalam susunan 33 ruas tulang itu terangkai juga saraf yang mempengaruhi aktivitas bagian tubuh lain. Saraf di tulang bagian ini dibedakan atas 8 pasang saraf leher, 12 pasang saraf punggung, 5 pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf pinggul, dan sepasang saraf ekor.

Dari catatan Klinik Citylife Chiropractic di Jakarta, gangguan kesehatan akibat saraf beragam: sakit kepala terutama di sekitar tengkuk dan dahi, sakit kepala sebelah, sakit pinggang menjalar sampai ke kaki, kesemutan serta baal yang berlangsung lama dan terus-menerus, serta nyeri di sekitar bahu dan bahu bagian belakang, juga di lengan dan kaki. Akibat yang juga berbahaya adalah sakit di tubuh yang tidak ada diagnosis penyakitnya.
Semua itu berawal dari gangguan pergerakan salah satu sendi tulang belakang sehingga mengakibatkan iritasi sistem saraf. Iritasi ini akan menyebabkan penurunan suplai neuron ke jaringan dan organ sehingga fungsinya tidak optimal (Vertebral Subluxation Complex). Bila tak segera ditangani, "Kinerja saraf bisa lumpuh," Luthfi, yang juga Ketua Umum Forum Masyarakat Skoliosis Indonesia, menjelaskan.

Rasa nyeri ini tidak bisa disepelekan. Adhi Budi Satria, 44 tahun, misalnya, sempat tak bisa bergerak. "Awalnya kesemutan terus, nyeri di pinggang sampai seperti lumpuh," kata pengusaha agen mesin pengepakan di Jakarta ini. Selain tidur dengan posisi asal, Adhi senang sekali menyetir mobil dengan posisi duduk agak miring ke kanan. Ternyata kebiasaan itu pelan-pelan merusak posturnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar