Minggu, 25 Juli 2010

Waspada, Mendengkur "Pembawa" Maut

Suara dengkur atau ngorok sangat mengganggu orang lain. Namun, bagi si pendengkur kebiasaan itu ternyata juga menjadi bom waktu dari penyakit yang disebut sebagai penyakit obstructive sleep apnea (OSA) atau henti napas saat tidur.

Banyak kisah bagaimana sengsaranya harus menghadapi pasangan suami atau istri pendengkur. Tidak jarang, pisah ranjang harus dilakukan karena salah satu pasangan sudah tidak sanggup mendengar suara mendengkur sepanjang malam.


Mendengkur merupakan suara getaran yang muncul pada saat tidur. Suara ini dihasilkan terutama waktu inspirasi atau bernapas dan disebabkan oleh getaran langit-langit lunak (palatum mole) dan pilar yang membatasi rongga orofaring (bagian tengah faring). Kebiasaan ini menunjukkan adanya sumbatan pada sebagian saluran napas atas yang merupakan gejala penyakit berhenti napas saat tidur atau OSA.

"OSA atau henti napas dalam tidur dikaitkan dengan masalah tidur. Dulu masalah ini dialami laki-laki, usia pertengahan dengan obesitas. Namun, kini mungkin usianya lebih dini karena masalah obesitas makin banyak," ujar Ketua Departemen THT FKUI/RSCM dr Umar S Dharmabakti SpTHT-KL(K).

Secara definisi, OSA diartikan sebagai berhentinya aliran udara pernapasan selama 10 detik atau lebih pada saat tidur walaupun ada upaya bernapas (respirasi effort), yang disebabkan oleh obstruksi jalan napas. Episode OSA akan terjadi lebih dari 10 detik dan terjadi lebih dari tujuh kali tiap jam. Episode ini akan mengurangi jumlah oksigen dalam darah yang dapat menyebabkan jantung bekerja lebih berat dan kualitas istirahat pun berkurang. Karena itu sepanjang hari pendengkur kemungkinan akan merasakan mengantuk.

Hal ini akan memengaruhi performa kinerja mereka. Dalam jangka panjang, mereka akan mengalami tekanan darah tinggi dan pembengkakan jantung. Selain itu, sejumlah komplikasi berbahaya juga membayangi para pendengkur, antara lain penyakit hipertensi, jantung koroner, stroke, bahkan kematian mendadak.

Hal inilah yang menyebabkan mengapa mendengkur menjadi sesuatu yang perlu dicermati dan diwaspadai karena bisa menjadi gejala OSA. OSA umumnya terjadi pada orang dewasa. Kaum laki-laki dan lanjut usia mengalaminya dalam jumlah lebih banyak dibandingkan wanita. Anak-anak juga berisiko mengalaminya. Namun, faktor penyebabnya berbeda dengan orang dewasa, lebih khas, umumnya karena pembesaran amandel.

Mendengkur dan OSA pada orang dewasa disebabkan multifaktor. Dengan kata lain, obstruksi atau lokasi penyumbatan saluran napas terjadi lebih dari satu titik. Untuk mengetahui penyebab OSA secara pasti perlu dilakukan pemeriksaan saluran napas mulai dari level hidung sampai daerah laring dengan nasofaringoskopi serat optik. Obstruksi pada hidung dapat terjadi akibat inflamasi mukosa atau kelainan struktural.

Selain itu, obstruksi saluran napas dapat pula terjadi pada level velofaring atau retropalatal, retroglosal, dan hipofaring. Lokasi obstruksi ini penting diketahui karena berkaitan dengan kesesuaian derajat berat atau ringannya OSA yang penetapannya dilakukan melalui pemeriksaan polisomnografi.


Hasil polisomnografi akan menentukan jenis terapi yang tepat untuk pasien, apakah dilakukan dengan teknik bedah atau nonbedah. Sementara itu, staf subdivisi laring faring Departemen THT FKUI/RSCM dr Syahrial MH SpTHT mengungkapkan, penelitian yang dilakukan di AS menunjukkan bahwa semakin tua usia seseorang, makin besar faktor risiko menderita OSA, dan laki-laki lebih berisiko dibandingkan kaum perempuan.

"Sampai usia 40 tahun, pada laki-laki risiko mencapai 25 persen dan perempuan 10-15 persen. Sementara pada kelompok 40 tahun ke atas, laki-laki berisiko 60 persen dan perempuan mencapai 40 persen," katanya.

Mulai dengan Perubahan Pola Hidup

Mengorok atau mendengkur yang mengarah ke penyakit henti napas saat tidur harus diatasi. Tentu saja, hal itu dengan terlebih dahulu mengenali penyebabnya.

Setelah penyebab diketahui, barulah dapat diambil tindakan yang tepat. Menurut dr Syahrial MH SpTHT, secara umum mendengkur dan OSA dapat diatasi dengan berbagai terapi, baik melalui bedah maupun nonbedah. Tentu setelah lebih dulu dilakukan pemeriksaan.

"Pertama, tinggi dan berat badan diperiksa karena BMI (body mass index) berpengaruh terhadap OSA," katanya. Dia mengatakan, ada beberapa jenis tindakan yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah mendengkur ini. Secara umum, tindakan yang bisa dilakukan terbagi dalam tindakan bedah dan nonbedah.

"Usahakan menurunkan berat badan, terutama bagi mereka yang memiliki BMI di atas 30," katanya, seraya menambahkan bahwa mengubah posisi tidur juga bisa dilakukan untuk mengurangi suara dengkur yang mengganggu. Hal senada diungkapkan Kepala Unit ENT RS MMC dr Damayanti Soetjipto SpTHT-KL(K).

Dia mengungkapkan, perubahan gaya hidup merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah mendengkur. "Sering kali orang dengan berat 100 kg, kemudian dia menjadi kurus, maka mendengkurnya akan hilang dengan sendirinya," tutur Damayanti.

Lalu bagaimana bila semua cara itu gagal? Maka tindakan bedah pun harus dijalani. Karena hingga kini, tidak ada obat yang mampu mengatasi masalah mengorok ini.

"Terapi bedah dapat dilakukan dengan berbagai metode yang disesuaikan dengan kondisi dan tingkat keparahan penyakit pasien," kata Syahrial. Beberapa teknik pembedahan untuk mengatasi kasus mendengkur dan OSA adalah implant pillar, radiofrekuensi konka inferior, cautery assisted palatal stiffening operation-somnoplast, uvula palato pharyngoplasti, dan tongue base surgery.

Mereka yang memungkinkan untuk menjalankan terapi nonbedah dapat menggunakan continuous positive airway pressure (CPAP), berupa alat seperti topeng (mask atau interface) yang dikenakan kala penderita beranjak tidur. CPAP terbaru dapat menyesuaikan pola napas alami dan memiliki beberapa keistimewaan dibandingkan CPAP pada umumnya.

Antara lain lebih mudah dan nyaman saat dipergunakan, ukurannya lebih kecil dan lebih ringan, tidak berisik saat digunakan, dan mudah dikemas untuk dibawa bepergian.

Mengapa Dengkuran Terjadi?

Mendengkur atau biasa disebut ‘mengorok’ dalam dunia kedokteran disebut sleep apnea terjadi karena adanya penyempitan saluran nafas. Saluran nafas yang menyempit tersebut apabila dilalui udara maka akan menimbulkan suara. Sehingga, terciptalah dengkuran saat kita sedang tidur.
Penyebab menyempitnya saluran nafas antara lain sbb:
1. karena sewaktu tidur otot-otot pernafasan mengendur;
2. karena melemahnya otot tenggorokan dan otot lidah;
3. karena adanya amandel yang terlalu besar;
4. karena lidah jatuh ke belakang akibat posisi tidur yang terlentang, dan;
5. karena adanya benjolan pada tenggorokan sebagai akibat kegemukan atau penyakit tertentu.

Dalam jangka pendek seseorang yang mendengkur seperti itu akan merasa mengantuk secara berlebihan pada siang hari saat tidak melakukan kegiatan yang melibatkan fisik. Selain itu, orang tersebut juga akan menjadi mudah lupa dan sulit untuk berkonsentrasi dengan baik.

Dalam jangka panjang orang tersebut akan mudah terserang penyakit berbahaya sepert hipertensi (tekanan darah tinggi), stroke, dan jantung. Hal ini disebabkan karena jantung dan otak mereka akan mengalami kelelahan dan mudah rusak akibat sering dipaksa bekerja keras.

Selain dampak berbahaya tersebut, mendengkur juga dapat menyebabkan hal-hal berikut:
1. Tidur menjadi tidak sempurna sehingga selalu muncul rasa kantuk dan rasa lelah yang berlebihan di siang hari.
2. Muncul berbagai penyakit, seperti: mudah lupa, sakit kepala, darah tinggi, stroke, dan jantung.

Bagaimana Mengatasi Mendengkur?

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghindari mendengkur sbb.
1. Jika mendengkur dipicu oleh faktor berat badan yang berlebihan, maka berusahalah untuk mengurangi berat badan agar jalan napas menjadi lega.
2. Bila mendengkur disebabkan karena adanya amandel, maka sebaiknya segera lakukan operasi amandel.
3. Hindari minuman beralkohol karena alkohol menyebabkan penekanan pusat napas di otak.
4. Berusahalah untuk berhenti merokok karena rokok juga dapat menyebabkan mendengkur.
5. Hindari obat tidur, obat flu, obat penghilang rasa cemas, dan sejenisnya karena obat-obat tersebut juga dapat menimbulkan gangguan nafas saat tidur.
6. Jika kita memiliki alergi terhadap sesuatu, maka hindarilah faktor pemicunya. Karena, ternyata alergi juga dapat memicu timbulnya dengkuran.
7. Usahakan untuk tidak tidur terlentang. Karena, pada saat tidur terlentang jalur pernapasan terhalang oleh otot di sekitar lidah yang jatuh ke belakang
source:suara media

Tidak ada komentar:

Posting Komentar