Jumat, 23 Juli 2010

Sholat Jumat Umat Islam Rubah Capitol Hill

WASHINGTON (Berita SuaraMedia) -Sejarah baru terukir di Capitol Hill, tempat Barack Obama dilantik sebagai presiden Amerika Serikat (AS). Puluhan ribu umat Islam di AS melakukan sholat Jum'at di tempat itu.

Kepala Masjid Darussalam, Hassan Abdullah Esq, menyatakan, persepsi masyarakat AS terhadap citra Muslim tidak terlalu baik. ''Cara yang lebih baik untuk menunjukkan Islam adalah dengan mengumpulkan umat Muslim secara massal dan berdoa secara damai,'' kata Hassan Abdullah Esq kepada IslamOnline.net.
Abdullah mendapat ide untuk melaksanakan sholat Jum'at di Capitol Hill seusai menonton Presiden Barack Obama berpidato tentang sejarah umat Islam di Kairo. Kemudian, Abdullah membahasnya bersama rekannya, Imam Muhammad Abdul Malik. Keduanya pun tergerak untuk melakukan sesuatu dalam skala besar.

Menurut Abdullah, berdoa dengan damai secara bersama-sama merupakan cara yang paling efektif untuk mengenalkan Islam di Negeri Paman Sam itu. Fokus acara ini adalah doa dan kekhusyukan beribadah. Panitia pelaksana kegiatan ini mengundang Syekh Ahmed Dewidar, imam Masyarakat Islam Mid-Manhattan, dan Syekh Mohamed Jebril, qari terkemuka untuk membaca Alquran.


Syekh Ahmed Dewidar menyatakan, dalam sholat Jum'at di tempat Kongres AS itu, pihaknya tidak membicarakan politik. ''Kami hanya berkonsentrasi ibadah kepada Allah SWT. Kami menginginkan masyarakat Amerika agar dapat menyaksikan dan mengenali sikap umat Islam,'' kata Syekh Dewidar yang pernah berdiri bersama Presiden George W Bush dan Sekjen PBB Kofi Anan di Ground Zero untuk mengutuk serangan 9/11.

Sejumlah blog atau website , tokoh agamaWa, serta para pakar politik AS memuji upaya Muslim tersebut. Kolumnis shington Post , Michael Kessler, menyatakan, ide sholat Jum'at dan doa bersama adalah ide yang bagus dalam dunia yang penuh bekas luka itu. ''Umat Muslim berdoa untuk kesejahteraan mereka, masyarakat AS, dan umat manusia di dunia ini secara umum,'' ungkap Kessler.



Abdullah berharap, semua orang Amerika dapat melihat keanekaragaman yang indah dalam Islam dan melihat bagian terpenting dari Islam yang berkaitan dengan spiritualitas dan tauhid. ''Kami ingin mereka melihat keanekaragaman dan kesetaraan umat dalam Islam,'' tegas Abdullah.

Islam Day
Sementara itu, Kongres (semacam DPR) di negara bagian Hawaii, Amerika Serikat, mengeluarkan resolusi Islam Day atau Hari Islam yang dirayakan setiap 24 September. Anggota Kongres dan Senat menyetujui resolusi tersebut setelah mempertimbangkan kontribusi umat Islam yang signifikan, terutama pada bidang seni, sains, filsafat, budaya, dan sastra.



Meski demikian, penetapan resolusi Islam Day bukan tanpa penentangan dari sebagian anggota Kongres (House of Representatives) dan Senat. Seorang anggota Kongres dari Partai Republik, Joanne Georgi, secara terbuka menentang resolusi yang dikeluarkan pada Kamis, 24 September 2009.

Menurutnya, penetapan Islam Day bukan kebijakan yang layak diambil anggota Kongres karena umat Islam terkait dengan jaringan teroris yang menebar ancaman. Di samping itu, Islam bukan bagian dari budaya masyarakat Amerika, terutama di Hawaii.

Seperti dilaporkan TheGardenIsland.com , tercatat ada tiga orang dari 25 senator yang menentang resolusi tersebut. Dua orang dari Partai Republik dan yang lain dari Partai Demokrat. Umumnya, penolakan mereka didasarkan pada ideologi pemisahan antara agama dan negara.

Berbeda dengan Joanne Georgi, sikap yang lebih inklusif ditunjukkan oleh Gary Hooser, senator dari wilayah D-Kaua'i dan Ni'ihau. Pihaknya menyetujui resolusi Islam Day karena tidak dapat lagi dimungkiri bahwa Islam telah menjadi kekuatan penting di pentas dunia.''Saya tidak percaya semua penganut suatu agama bertindak salah seperti yang dilakukan segelintir orang dari agama yang sama,'' kata Hooser.


''Bukankah Timothy McVeigh (pelaku pengeboman di Kota Oklahoma pada 1995) adalah seorang Kristiani?'' tanya Hooser dengan menegaskan bahwa dalam setiap agama, terdapat aksi kekerasan oleh segelintir orang.

Sementara itu, bersama dengan dikeluarkannya resolusi Islam Day oleh Kongres Hawaii, umat Muslim di pulau itu menggelar perayaan di Pantai Ala Moana. Berbagai kegiatan, seperti pentas musik, bazar, drama komedi, hingga kegiatan-kegiatan ilmiah, turut menyemarakkan perayaan. Dalam diskusi bertema Coexistence in a Pluralistic Society , The Muslim Association of Hawaii mengundang pembicara dari kalangan Kristiani, Buddha, dan Yahudi.


Meski bernama Islam Day , semarak perayaan tidak mencerminkan nuansa keislaman. Menurut Presiden Asosiasi Muslim Hawaii, Hakim Ouansafi, format perayaan yang demikian ditujukan untuk menyatukan masyarakat Hawaii yang terdiri atas berbagai etnis dan agama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar